Hikmah diselipkan dalam obat sakit 2011 ini bertujuan sebagai renunganku saja.
Hikmah yang juga bersandar dari sakit hati, cinta dan kasih namun tetap sabar.
Al kisah..
Sepasang suami istri, Wulan dan Hari memiliki 3 permata hati.
Mereka mendidiknya dengan keras dan disiplin, maklumlah karena mereka adalah pengusaha sukses yang berangkat dari bawah.
"Kalau mau kamu pasti bisa," begitu mereka sering mengajarkan.
Semua fasilitas terbaik pun disediakan demi keberhasilan anak-anak mereka.
Anehnya, beberapa tahun terakhir ini ada yang mengganjal, bukan siapa-siapa, tapi justru dari si bungsu Titi, sang permata hati yang selama ini lembut dan penurut.
Selepas lulus SMU, ia menolak untuk melanjutkan sekolah.
Katanya ia mau bekerja saja, ingin membuktikan diri untuk hidup mandiri.
Bantuan keuangan dari orang tua ditolaknya mentah-mentah, padahal dengan ijasah SMU itu pekerjaan yang ia peroleh tentu amat terbatas penghasilannya.
Dengan sedih, Wulan dan Hari hanya bisa memperhatikan kehidupan Titi yang pelan-pelan merosot dari standar keluarga mereka.
Untung saja ia masih mau dihubungi lewat telepon atau sms.
Tapi kalau ditanya, Titi selalu bilang,"Aku hepi kok, jangan kuatir Pa, Ma, kalau sudah tak sanggup lagi, pasti aku pulang.
Tiada terasa usia Titi menginjak 22 tahun.
Kedua kakanya suda Jadi Orang, bahkan salah satu sudah menikah, sedangkan Titi masih saja jadi tenaga administrasi di sebuah perusahaan kecil.
Seperti tersambar petir, orang tuanya kaget bukan kepalan, karena baru-baru ini ia bilang,
"Pa, Ma, aku mau merantau ke Singapuram. Coba-coba jadi PRT, gajinya lumayan."
Wulan dan Hari sock berat.
Sepasang manusia itu menangis sambil berpelukan karena frustasi.
Titi sepertinya sama sekali tidak peduli lagi pada perasaan orang tuanya.
Itulah sekelumit kisah Titi yang sebenarnya mencari jati dirinya.
Sebagai orang tua diharapkan untuk mengerti seperti kasus Titi ini.
No comments:
Post a Comment